Rabu, 10 Maret 2010

NO TITLE


Di suatu pagi, sekitar jam 4, terlihat seorang pria dan seorang wanita sedang berbicara serius. Sang pria berkata ingin menanyakan beberapa hal kepada sang wanita, dan mereka akan bertemu di tempat dan jam yang sama. Yaitu di atas gedung itu, di tempat teratas gedung tua, yang dulunya adalah gedung pameran pernikahan. Berjanjilah mereka dan mereka bertemu lagi.
Saat si wanita tiba di tempat itu, terlihat sang pria sedang menikmati paginya dunia yang indah itu. Langit biru yang berhiaskan awan yang indah. Masih terlihat gelap, berkabut jg. Tapi sang pria tetap melukiskan sebuah senyuman kecil untuk pemandangan itu. Sang pria lalu menutup matanya, seperti berharap sesuatu, suatu hal yang mungkin tak dapat di rasakan lagi, yang takkan mungkin di dapatkannya. Tapi ia harus mencoba, bagaimanapun caranya. Apapun harus di coba, biarpun sulit, tapi tak mengapa jika itu baik adanya.
Saat mata pria itu terbuka perlahan, di rasakannya angin berhembus pelan mengenai rambutnya. Sejuk, nyaman terasa. Lalu wanita yang di tunggunya pun datang menghampiri dan berdiri di sebelahnya. Wanita itu tampak sangat cantik, meskipun masi gelap, tapi mata pria itu tak dapat melepaskan pandangannya.
Wanita disampingnya seperti bidadari pagi yang akan menemani waktunya sekarang ini. Bidadari yang mungkin takkan pernah tau perasaannya selama ini, bidadari yang selalu dia impikan, bidadari yang akan mencerahkan hati yang gelap dan rapuh itu, bidadari yang hanya ada dalam angan kelabunya, sebagaimana kita tau, tak terasa dan tergapai sedikitpun, tak terlihat secara kasat mata, dan, nyata tentunya.
Dengan senyumnya, wanita itu menyapanya :
“Sudah lama menungguku? Maaf aku agak terlambat. Aku habis bertemu dia, tampan sekali dia pagi ini, aku tak sabar untuk bertemu dia lagi.”
“oh ia, bagaimana juga kabarmu dengan dia, baik-baik saja bukan? Aku sangat senang jika kalian dapat berlanjut hingga ke tahap pernikahan. Undang aku jika memang begitu.”
Sang Pria yang sedang dalam suasana damai, membalas senyumannya dan berkata :
“Tidak juga, aku baru ada disini beberapa waktu yang lalu. Senang rasanya jika melihatmu dengannya. Aku turut bahagia. Dia memang yang terbaik untukmu, jangan lepaskan dia.”
“Hmm, tidak juga. Aku sudah berakhir dengannya, aku tidak menyukainya. Dia terlalu baik untukku, aku tak pantas dengannya, ada yang lebih mencintainya dan orang itu bukan aku.”
Wanita itu sedikit heran dan bertanya :
“Terimakasih atas dukunganmu, aku senang mempunyai teman sepertimu, akan ku pertahankan dia dan akan ku undang dirimu di acara ulang tahunku nanti, datanglah.”
“dan juga bagaimana dengan dirimu sekarang, sendirikah? Atau sudah mendapatkan yang lain? Apa kau mencintai wanita lain, yang mungkin lebih cantik dan berharga di matamu? Kenalkah aku? Kenalkanlah denganku, aku akan sangat senang mengenalnya. Dia pilihan hatimu.”

Sang Pria dengan ramah menjawab :
“Tentu, aku akan selalu mendukungmu, tak perlu kau khawatirkan itu. Dan aku pasti akan datang, tak perlu kau tunggu, aku akan berada disana sebelum waktunya.”
“Ya, aku sendiri, dan ingin aku mendapatkan wanita itu, biarpun wanita itu tidak mencintaiku, dan aku tau mengapa dia tidak mencintaiku sedikitpun, dia mencintai pria lain. Pria itu tentu berharga dan yang paling dia inginkan seumur hidupnya. Dirimu pastilah mengenal wanita itu, karna dia selalu berada didekatku, aku menyukainya seperti dia menyukaiku, tapi tidak dalam arti yang sama.”
Wanita itu berpaling padanya dan berkata :
“Kau teman terbaikku, aku takkan melupakanmu hingga nanti. Aku menyayangimu.
( Memeluk pria itu dan mencium pipinya )
“Sekarang sudah selesai, aku harus siap-siap untuk pergi dengannya. Jangan putus asa, wanita itu harus tau perasaanmu, katakanlah. Aku akan selalu mendukungmu.”
“Sampai jumpa di pesta ulang tahunku nanti.”
Wanita itu lalu pergi dengan langkah yang indah. Cahaya mulai terpancar ke atas balkon tempat wanita itu pergi. Sinar mata wanita itu masi terbayang di benak sang pria. Pelukannya seperti membawanya terbang ke atas dan mengelilingi awan putih yang indah. Tubuh bidadari tadi mendekapnya dengan pelan, dekapannya membangkitkan semangatnya yang mulai layu. Kini rasa sepi dan hampa pun seperti terusik begitu saja. Tenang jika bertemu dengannya.
“Akankah terasa lagi?”
Seminggu berlalu dengan cepat. Sang pria mendengar bel rumahnya berbunyi, terlihat seorang wanita cantik berdiri di depannya, tersenyum indah dengan rambut panjangnya. Bidadarinya yang telah lama tak ditemuinya, kembali datang kepadanya. Wanita itu datang dengan seorang pria yang diketahui adalah pria impiannya. Dia terlihat bahagia.
Bicaralah Wanita itu :
“Pagi, bagaimana kabarmu hari ini? Aku yakin pagi ini menyenangkan untukmu. Aku tak bisa lama, aku hanya ingin memberikan ini untukmu. Datanglah. Aku menunggumu. Sampai jumpa nanti malam.”
Wanita itu lalu berjalan pergi ke pria idamannya. Mereka berdua sangat cocok. Serasi. Tak terlihat perbedaan yang membuat mereka berdua seperti tidak cocok. Mereka berdua membuat sang pria itu terpaku sesaat, lalu membuka kertas pemberian tadi.

Datanglah ke acara ulang tahunku malam ini. Aku mengundangmu secara khusus, aku yakin kau pasti akan datang, seperti perkataanmu waktu itu. Aku tak perlu hadiah yang mahal ataupun indah, aku hanya ingin kau datang dengan senyum yang indah seperti pertemuan kemarin. Aku menyukaimu. Jangan kecewakan aku. Datanglah dengan pakaian yang indah, aku akan senang melihatmu nanti.

Sang pria terpaku, tak tau harus bagaimana. Seperti terpikir, ia pun membeli sebuah kalung yang bermatakan hati. Indah terlihat. Berkilauan dan pasti akan terlihat lebih dari pada indah jika wanita itu mengenakannya. Tak sabar rasanya. Sebentar lagi acaranya akan dimulai. Pria itupun segera berdiri diantara yang lainnya. Siap untuk memulai acaranya.
Wanita itu lalu tersenyum setelah selesai membuat permohonan dan memberikan potongan pertama pada pria idamannya. Iri rasanya, tapi tak mengapa. Lalu sang Pria yang sudah bersiap ingin pergi, maju dan memberikan hadiahnya. Wanita itu membukanya dan memintanya untuk memakaikannya, Sang pria dengan senang hati memakaikannya dan kalung itupun indah sekali ketika terpakai. Tampak berkilauan di leher bidadari cantik di depan matanya. Bidadari ini indah di pandang, tak ingin melepaskan sedikitpun yang terlihat tentangnya, tapi waktu tak mengijinkan, dan saatnya sang pria untuk pergi. Waktunya sudah habis.
Sang pria kini sedang berada di tempat pertemuannya dengan sang wanita. Tapi kali ini dia sendirian, sang wanita sedang bersama pria idaman. Luka yang selama ini ditahan, kini tak mampu lagi di rasakan, terlalu dalam sudah luka yang tergores, hingga air matapun jatuh tak tertahankan, menetes sedikit demi sedikit.
Terbayang tentang bidadari yang tadi di pandanginya, indah dan cantik. Begitu sempurna baginya hingga tak mampu dijelaskan dengan kata-kata. Tak mengapa, jadikan sebagai memory yang indah. Memory terakhir yang akan diingatnya.
Wanita itu kini kembali datang dan memeluknya. Menangis dan bertanya mengapa meninggalkannya begitu saja. Seakan tak ingin kehilangan, pelukan itu kini makin terasa erat.
“Mengapa kau pergi, aku ingin kau bersamaku, jangan pergi sebelum aku memintanya, sebelum waktu habis dan acarapun selsai. Tetaplah bersamaku meramaikan acara.”
Sang pria lalu melepaskan pelukan itu. Angin kembali berhembus pelan. Lalu berkatalah ia :
“Maafkan aku, aku tak mampu melihatnya lagi. Aku tak sanggup lagi. Benar. Kali ini akan aku katakan padamu.”
“Aku menyukaimu. Lebih dari suka. Lebih dari yang kau tau dari perkenalan kita selama ini.”
“Aku Menyayangimu. Lebih dari kata sayang. Sayang yang tak dapat di artikan dalam bentuk pertemanan.”
“Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Apa adanya. Aku akan menerima semua yang ada jika aku mampu dan aku ingin memilikimu. Tapi aku yakin takkan bisa.”


“Jika aku memintamu untuk meninggalkannya, maukah dirimu? Tidak!
“Jika aku memintamu menyayangiku lebih dari pada dia, bisakah? Tidak!
“jika aku menginginkanmu, maukah kau datang?Tidak!
“jika Aku mencintaimu, cintakah kau padaku? Tidak!
“Jika memang tidak, katakanlah sekarang. Tidak !

Mendengar jawaban wanita itu, sang pria bertanya lagi :
“Jika kau telah mencintainya, tentu kau lebih memilihnya dari aku bukan? Iya!
“Jika hatimu sudah bersamanya, takkan ada lagi untukku? Iya!
“Jika aku bukan temanmu, tentu aku takkan kau ingatkan? Iya!
“Jika dirimu sudah memilih, tentu bukan aku orangnya, benar? Iya!
“Jika memang itu semua pilihanmu, tak apa bagiku untuk mengakhiri semuanya malam ini. Dan Iya!
“Terimakasih untuk semua perhatianmu malam ini. Aku tau dari awal takkan mungkin lagi. Tak ada kesempatan untukku menyentuh hatimu sedikitpun. Ruang kecil itu sudah terisi oleh dirinya. Dia yang dapat membuatmu tersenyum setiap kali bertemu denganku. Tak apa bagiku jika begitu.
Jika tak ada kesempatan lagi, kali inilah aku akan mengatakannya padamu. Padamu bidadari hatiku selama ini. Tak kuasa aku menahan air mata jika merasakan perih dan luka yang tertanam dalam lubuk hatiku. Baiklah, aku selsaikan saja rasa sakit ini. Ini terakhir kalinya. Bolehkah aku melihatmu untuk sebentar saja? Biarkan aku menikmati pemandangan indah di hadapanku. Biarkan aku melihat bidadariku malam ini. Sesaat saja. Biarkan aku. Dan jangan sesali apa yang terjadi, apa yang telah menjadi keputusanmu, hargai dan teruskanlah. Aku mencintaimu, selalu dan akan selalu mencintaimu.”
Lalu sang pria berlari dan melompat ke bawah. Pria itu langsung diam membeku. Darah bercucuran dari tubuh yang tak berdaya itu. Kini ia telah berada di atas lagi. Dengan raganya yang tak tampak, memeluk erat wanita itu. Meskipun tak terasa, tapi sang pria bahagia bisa menyatakan perasaannya, tenang dan akan damai. Sang pria pun terbang pergi bersama malaikat dan pergi entah kemana.
Wanita yang terpaku diam, tak berdaya itu pun tanpa pikir panjang, ikut melompat dan akhirnya mati dengan kondisi yang parah. Meninggalkan pria idamannya. Karna sesaat setelah ia menolak sang pria, ia tersadar apa yang telah di ucapkannya dan kini berharap dapat bersama dengan sang pria meskipun di dunia yang tak sama lagi keadaannya.
Dan buktikanlah jika cintamu itu sejati. Jangan buat cinta yang palsu, yang jelas-jelas hanya terasa indahnya dalam waktu singkat. Dan janganlah siakan cintamu hanya untuk satu waktu yang tak jelas dan memberikan keindahan sesaat tanpa terasa kehadirannya.

By Akira Chen’s Ns

Rabu, 10 Maret 2010

NO TITLE


Di suatu pagi, sekitar jam 4, terlihat seorang pria dan seorang wanita sedang berbicara serius. Sang pria berkata ingin menanyakan beberapa hal kepada sang wanita, dan mereka akan bertemu di tempat dan jam yang sama. Yaitu di atas gedung itu, di tempat teratas gedung tua, yang dulunya adalah gedung pameran pernikahan. Berjanjilah mereka dan mereka bertemu lagi.
Saat si wanita tiba di tempat itu, terlihat sang pria sedang menikmati paginya dunia yang indah itu. Langit biru yang berhiaskan awan yang indah. Masih terlihat gelap, berkabut jg. Tapi sang pria tetap melukiskan sebuah senyuman kecil untuk pemandangan itu. Sang pria lalu menutup matanya, seperti berharap sesuatu, suatu hal yang mungkin tak dapat di rasakan lagi, yang takkan mungkin di dapatkannya. Tapi ia harus mencoba, bagaimanapun caranya. Apapun harus di coba, biarpun sulit, tapi tak mengapa jika itu baik adanya.
Saat mata pria itu terbuka perlahan, di rasakannya angin berhembus pelan mengenai rambutnya. Sejuk, nyaman terasa. Lalu wanita yang di tunggunya pun datang menghampiri dan berdiri di sebelahnya. Wanita itu tampak sangat cantik, meskipun masi gelap, tapi mata pria itu tak dapat melepaskan pandangannya.
Wanita disampingnya seperti bidadari pagi yang akan menemani waktunya sekarang ini. Bidadari yang mungkin takkan pernah tau perasaannya selama ini, bidadari yang selalu dia impikan, bidadari yang akan mencerahkan hati yang gelap dan rapuh itu, bidadari yang hanya ada dalam angan kelabunya, sebagaimana kita tau, tak terasa dan tergapai sedikitpun, tak terlihat secara kasat mata, dan, nyata tentunya.
Dengan senyumnya, wanita itu menyapanya :
“Sudah lama menungguku? Maaf aku agak terlambat. Aku habis bertemu dia, tampan sekali dia pagi ini, aku tak sabar untuk bertemu dia lagi.”
“oh ia, bagaimana juga kabarmu dengan dia, baik-baik saja bukan? Aku sangat senang jika kalian dapat berlanjut hingga ke tahap pernikahan. Undang aku jika memang begitu.”
Sang Pria yang sedang dalam suasana damai, membalas senyumannya dan berkata :
“Tidak juga, aku baru ada disini beberapa waktu yang lalu. Senang rasanya jika melihatmu dengannya. Aku turut bahagia. Dia memang yang terbaik untukmu, jangan lepaskan dia.”
“Hmm, tidak juga. Aku sudah berakhir dengannya, aku tidak menyukainya. Dia terlalu baik untukku, aku tak pantas dengannya, ada yang lebih mencintainya dan orang itu bukan aku.”
Wanita itu sedikit heran dan bertanya :
“Terimakasih atas dukunganmu, aku senang mempunyai teman sepertimu, akan ku pertahankan dia dan akan ku undang dirimu di acara ulang tahunku nanti, datanglah.”
“dan juga bagaimana dengan dirimu sekarang, sendirikah? Atau sudah mendapatkan yang lain? Apa kau mencintai wanita lain, yang mungkin lebih cantik dan berharga di matamu? Kenalkah aku? Kenalkanlah denganku, aku akan sangat senang mengenalnya. Dia pilihan hatimu.”

Sang Pria dengan ramah menjawab :
“Tentu, aku akan selalu mendukungmu, tak perlu kau khawatirkan itu. Dan aku pasti akan datang, tak perlu kau tunggu, aku akan berada disana sebelum waktunya.”
“Ya, aku sendiri, dan ingin aku mendapatkan wanita itu, biarpun wanita itu tidak mencintaiku, dan aku tau mengapa dia tidak mencintaiku sedikitpun, dia mencintai pria lain. Pria itu tentu berharga dan yang paling dia inginkan seumur hidupnya. Dirimu pastilah mengenal wanita itu, karna dia selalu berada didekatku, aku menyukainya seperti dia menyukaiku, tapi tidak dalam arti yang sama.”
Wanita itu berpaling padanya dan berkata :
“Kau teman terbaikku, aku takkan melupakanmu hingga nanti. Aku menyayangimu.
( Memeluk pria itu dan mencium pipinya )
“Sekarang sudah selesai, aku harus siap-siap untuk pergi dengannya. Jangan putus asa, wanita itu harus tau perasaanmu, katakanlah. Aku akan selalu mendukungmu.”
“Sampai jumpa di pesta ulang tahunku nanti.”
Wanita itu lalu pergi dengan langkah yang indah. Cahaya mulai terpancar ke atas balkon tempat wanita itu pergi. Sinar mata wanita itu masi terbayang di benak sang pria. Pelukannya seperti membawanya terbang ke atas dan mengelilingi awan putih yang indah. Tubuh bidadari tadi mendekapnya dengan pelan, dekapannya membangkitkan semangatnya yang mulai layu. Kini rasa sepi dan hampa pun seperti terusik begitu saja. Tenang jika bertemu dengannya.
“Akankah terasa lagi?”
Seminggu berlalu dengan cepat. Sang pria mendengar bel rumahnya berbunyi, terlihat seorang wanita cantik berdiri di depannya, tersenyum indah dengan rambut panjangnya. Bidadarinya yang telah lama tak ditemuinya, kembali datang kepadanya. Wanita itu datang dengan seorang pria yang diketahui adalah pria impiannya. Dia terlihat bahagia.
Bicaralah Wanita itu :
“Pagi, bagaimana kabarmu hari ini? Aku yakin pagi ini menyenangkan untukmu. Aku tak bisa lama, aku hanya ingin memberikan ini untukmu. Datanglah. Aku menunggumu. Sampai jumpa nanti malam.”
Wanita itu lalu berjalan pergi ke pria idamannya. Mereka berdua sangat cocok. Serasi. Tak terlihat perbedaan yang membuat mereka berdua seperti tidak cocok. Mereka berdua membuat sang pria itu terpaku sesaat, lalu membuka kertas pemberian tadi.

Datanglah ke acara ulang tahunku malam ini. Aku mengundangmu secara khusus, aku yakin kau pasti akan datang, seperti perkataanmu waktu itu. Aku tak perlu hadiah yang mahal ataupun indah, aku hanya ingin kau datang dengan senyum yang indah seperti pertemuan kemarin. Aku menyukaimu. Jangan kecewakan aku. Datanglah dengan pakaian yang indah, aku akan senang melihatmu nanti.

Sang pria terpaku, tak tau harus bagaimana. Seperti terpikir, ia pun membeli sebuah kalung yang bermatakan hati. Indah terlihat. Berkilauan dan pasti akan terlihat lebih dari pada indah jika wanita itu mengenakannya. Tak sabar rasanya. Sebentar lagi acaranya akan dimulai. Pria itupun segera berdiri diantara yang lainnya. Siap untuk memulai acaranya.
Wanita itu lalu tersenyum setelah selesai membuat permohonan dan memberikan potongan pertama pada pria idamannya. Iri rasanya, tapi tak mengapa. Lalu sang Pria yang sudah bersiap ingin pergi, maju dan memberikan hadiahnya. Wanita itu membukanya dan memintanya untuk memakaikannya, Sang pria dengan senang hati memakaikannya dan kalung itupun indah sekali ketika terpakai. Tampak berkilauan di leher bidadari cantik di depan matanya. Bidadari ini indah di pandang, tak ingin melepaskan sedikitpun yang terlihat tentangnya, tapi waktu tak mengijinkan, dan saatnya sang pria untuk pergi. Waktunya sudah habis.
Sang pria kini sedang berada di tempat pertemuannya dengan sang wanita. Tapi kali ini dia sendirian, sang wanita sedang bersama pria idaman. Luka yang selama ini ditahan, kini tak mampu lagi di rasakan, terlalu dalam sudah luka yang tergores, hingga air matapun jatuh tak tertahankan, menetes sedikit demi sedikit.
Terbayang tentang bidadari yang tadi di pandanginya, indah dan cantik. Begitu sempurna baginya hingga tak mampu dijelaskan dengan kata-kata. Tak mengapa, jadikan sebagai memory yang indah. Memory terakhir yang akan diingatnya.
Wanita itu kini kembali datang dan memeluknya. Menangis dan bertanya mengapa meninggalkannya begitu saja. Seakan tak ingin kehilangan, pelukan itu kini makin terasa erat.
“Mengapa kau pergi, aku ingin kau bersamaku, jangan pergi sebelum aku memintanya, sebelum waktu habis dan acarapun selsai. Tetaplah bersamaku meramaikan acara.”
Sang pria lalu melepaskan pelukan itu. Angin kembali berhembus pelan. Lalu berkatalah ia :
“Maafkan aku, aku tak mampu melihatnya lagi. Aku tak sanggup lagi. Benar. Kali ini akan aku katakan padamu.”
“Aku menyukaimu. Lebih dari suka. Lebih dari yang kau tau dari perkenalan kita selama ini.”
“Aku Menyayangimu. Lebih dari kata sayang. Sayang yang tak dapat di artikan dalam bentuk pertemanan.”
“Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Apa adanya. Aku akan menerima semua yang ada jika aku mampu dan aku ingin memilikimu. Tapi aku yakin takkan bisa.”


“Jika aku memintamu untuk meninggalkannya, maukah dirimu? Tidak!
“Jika aku memintamu menyayangiku lebih dari pada dia, bisakah? Tidak!
“jika aku menginginkanmu, maukah kau datang?Tidak!
“jika Aku mencintaimu, cintakah kau padaku? Tidak!
“Jika memang tidak, katakanlah sekarang. Tidak !

Mendengar jawaban wanita itu, sang pria bertanya lagi :
“Jika kau telah mencintainya, tentu kau lebih memilihnya dari aku bukan? Iya!
“Jika hatimu sudah bersamanya, takkan ada lagi untukku? Iya!
“Jika aku bukan temanmu, tentu aku takkan kau ingatkan? Iya!
“Jika dirimu sudah memilih, tentu bukan aku orangnya, benar? Iya!
“Jika memang itu semua pilihanmu, tak apa bagiku untuk mengakhiri semuanya malam ini. Dan Iya!
“Terimakasih untuk semua perhatianmu malam ini. Aku tau dari awal takkan mungkin lagi. Tak ada kesempatan untukku menyentuh hatimu sedikitpun. Ruang kecil itu sudah terisi oleh dirinya. Dia yang dapat membuatmu tersenyum setiap kali bertemu denganku. Tak apa bagiku jika begitu.
Jika tak ada kesempatan lagi, kali inilah aku akan mengatakannya padamu. Padamu bidadari hatiku selama ini. Tak kuasa aku menahan air mata jika merasakan perih dan luka yang tertanam dalam lubuk hatiku. Baiklah, aku selsaikan saja rasa sakit ini. Ini terakhir kalinya. Bolehkah aku melihatmu untuk sebentar saja? Biarkan aku menikmati pemandangan indah di hadapanku. Biarkan aku melihat bidadariku malam ini. Sesaat saja. Biarkan aku. Dan jangan sesali apa yang terjadi, apa yang telah menjadi keputusanmu, hargai dan teruskanlah. Aku mencintaimu, selalu dan akan selalu mencintaimu.”
Lalu sang pria berlari dan melompat ke bawah. Pria itu langsung diam membeku. Darah bercucuran dari tubuh yang tak berdaya itu. Kini ia telah berada di atas lagi. Dengan raganya yang tak tampak, memeluk erat wanita itu. Meskipun tak terasa, tapi sang pria bahagia bisa menyatakan perasaannya, tenang dan akan damai. Sang pria pun terbang pergi bersama malaikat dan pergi entah kemana.
Wanita yang terpaku diam, tak berdaya itu pun tanpa pikir panjang, ikut melompat dan akhirnya mati dengan kondisi yang parah. Meninggalkan pria idamannya. Karna sesaat setelah ia menolak sang pria, ia tersadar apa yang telah di ucapkannya dan kini berharap dapat bersama dengan sang pria meskipun di dunia yang tak sama lagi keadaannya.
Dan buktikanlah jika cintamu itu sejati. Jangan buat cinta yang palsu, yang jelas-jelas hanya terasa indahnya dalam waktu singkat. Dan janganlah siakan cintamu hanya untuk satu waktu yang tak jelas dan memberikan keindahan sesaat tanpa terasa kehadirannya.

By Akira Chen’s Ns